“Parenting - the raising of childern and all the responsibilities and activities that are involved in it - (Cambridge dictionary)”
Ada satu dari tiga definisi parenting yang kusuka
berdasarkan Meriem Webster yaitu the act or process of becoming a
parent. Proses kehamilan dan persalinan bisa menjadi gerbang awal untuk
mendalami kembali ilmu parenting, yang mungkin untuk beberapa orang telah
mendalaminya jauh sebelum kehamilan itu terjadi.
Proses ini dimulai ketika aku berkeinginan untuk
menikah. Iseng iseng buka sosmed tentang pernikahan, komunikasi dalam keluarga,
hubungan orang tua dan anak, do and don’t dalam pendidikan anak, dsb.
Pun ketika sudah menikah dan diamanahkan oleh Allah untuk menjadi seorang Ibu.
Kala itu, aku masih bolak balik wisma atlit. Sebelum
menikah, aku full menginap disana. Setelah ada paksu, aku jadi PP
Wisma-Bekasi. Suatu malam, saat kami memutuskan untuk menginap di Wisma, aku
ingin sekali makan kwetiau, tidak mau makan yang lain. Ditambah beberapa hari
kebelakang, nafsu makanku bertambah. Mudah sekali lapar. Nasi box yang biasanya
hanya menghabiskan ½ porsi, namun saat itu aku mampu menghabiskan semuanya. Jadwal
menstruasi ku di bulan itu, masih sekitar seminggu lagi, jadi aku tidak ada
pikiran apapun yang mengarah pada kehamilan. Pun ketika aku ingin mengetahui
apakah aku hamil atau tidak, hasil pada test pack masih garis satu
(padahal sebenarnya sudah dua, tapi namanya first time pakai test
pack, jadi gaktau mana yang pure satu garis, mana yang sudah dua
tapi masih tipis sekali). Yasudah, dibawa santai saja meskipun ada rasa getir ‘belum
ya’. Tanda-tanda menjelang menstruasi juga dirasakan, seperti mulai sakit
perut, sedikit mual juga payudara mengencang dan nyeri. Lebih lengkap lagi bisa
baca di https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/tanda-tanda-hamil-1-hari. Bukan jadi tolak
ukur tapi bisa jadi mengarah pada kehamilan.
Lewatlah sudah tanggal menstruasi dan menunggu satu
minggu untuk test pack kedua kali. Alhamdulillah positif. Semenjak itu,
aku tidak lagi ke Wisma, memilih untuk di rumah saja, mengingat kondisi
covid-19 yang masih tinggi dan belum tahu kondisi rahim seperti apa.
Hari-hari di rumah saja membuat ku cukup merasa jenuh,
kerena sulit untuk bekerja remote dan mulai sering merasa pusing juga
cepat lelah, maka kuputuskan untuk mengakhiri kerjaan di Wisma Atlit. Disini
aku belajar untuk tidak egois menuruti keinginan untuk bekerja. Kondisi
kesehatan fisik harus lebih kuperhatikan untuk kebaikan ibu juga janin. Alhamdulillah
kondisi kehamilan trimester pertama ku dilewati tanpa melalui proses mual dan
muntah. Sehingga nutrisi untuk bayi terpenuhi dengan baik.
Memaksakan diri untuk makan sayur lebih banyak
dibandingkan biasanya, minum vitamin yang mengandung asam folat, minum kapsul
minyak ikan, tidak makan makanan ber-MSG terlalu sering adalah hal-hal diluar
kebiasaan rutinku yang kulakukan saat kehamilan awal berlangsung. Hal itu juga
harus dipelajari dan dipahami oleh calon Ibu, bahwasanya, apa yang kita makan
saat itu akan berdampak pada tumbuh kembang janin. Ini menjadi important
notes buatku untuk kedepannya. Kondisi fisik yang sehat ditentukan oleh
berbelasan tahun sebelumnya, dari makanan dan pola hidup. Tidak bisa
‘diperbaiki hanya dalam beberapa bulan’.
Aku orang yang terbilang sulit sekali makan sayur,
pemilih, pun dengan makanan sehat lainnya. Sehingga kondisi jaringan sel dalam
tubuh menyesuaikan dengan apa yang dikonsumsi, dan itu bisa mempersulit proses
penyembuhan luka. Benar benar jadi pembelajaran buat ku dan mungkin buat
teman-teman yang lain. Makan sayur, buah, lauk yang mumpuni yah, gizi seimbang
istilahnya sekarang ya, karena akan berpengaruh terhadap kesehatan, apalagi
saat pasca persalinan untuk para calon Bunda. Nanti akan kuceritakan dibagian
bawah ya.
Persiapan lainnya juga kerap kulakukan, seperti
melakukan senam ibu hamil, memperbanyak jalan, stimulasi terhadap bayi,
memperbanyak wawasan seputar kehamilan dan persalinan, persiapan mental,
bagaimana menghadapi sakralnya proses persalinan, dsb. Bisa dilihat pada
artikel berikut nih, tahapan pembukaan dengan how to through it, https://www.ibupedia.com/artikel/kehamilan/siap-mental-hadapi-10-tahap-pembukaan-saat-melahirkan. Bahkan menurutku,
terlepas dari persiapan yang sudah dilakukan dengan banyak membaca dan
bertanya, proses persalinan bisa menjadi kejutan sendiri saat melaluinya.
Persalinan pertamaku terbilang cepat. Sekitar 5 jam,
pembukaan 1-10 lengkap sudah. Pecah ketuban kualami di pembukaan awal,
pembukaan 1 ke 2. Alhamdulillah pembukaan pembukaan selanjutnya terjadi,
sehingga air ketuban masih dalam kondisi bagus. Aku dibuat kaget dengan
bertambahnya ‘pijatan gelombang rahim’ yang kian lama kian nikmat. Belum
adaptasi dengan pijatan pertama, sudah bertambah lagi kekuatan pijatannya, dan
itu luar biasa sekali. Kewalahan aku dibuatnya, apalagi ditambah, saat
trimester terakhir aku menjalani diet cukup ketat, sehingga energi ku tidak
terlalu banyak. Namun, Alhamdulillah aku berhasil melewati rangkaian
persalinan. Mohon maaf bu Bidan, karena banyak teriaknya.
Nah ini, ada hubungan dengan tulisan sebelumnya terkait gizi. Pasca persalinan, terlepas dari normal, pun c-section, pasti akan ada yang namanya jahitan-untuk kebanyakan orang. Fungsi dari banyak makan sayur, makan makanan yang bergizi adalah membantu memudahkan proses penjahitan dan juga penyembuhan lukanya. Bila gizi sebelum-sebelumnya bagus, akan terlihat dari tekstur daging yang mudah untuk dijahit, tidak ‘alot’ juga pada proses pengeringan lukanya. Karena riwayat giziku yang tidak terlalu baik, maka ada masalah dalam penyembuhan jahitan, aku lepas 2 kali. Well, itu menjadikan aku banyak banyak belajar dan mempertegas diri sendiri bahwa aku makan sehat bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang tersayang dikemudian hari. Khususnya bagi seorang wanita.
Perjalanan setelah menikah banyak mengajarkanku untuk
tidak egois, menahan banyak keinginan untuk memuaskan keinginan sendiri, belajar untuk tidak menyepelekan hal-hal kecil padahal urgent, bahwa
ada dua orang terdekat baru yang harus diprioritaskan. Ada keterampilan yang
harus terus diasah agar bisa tumbuh berkembang bersama. Karena sejatinya,
menjadi orang tua adalah selalu menjadi pembelajar.
Komentar
Posting Komentar